BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa
ini, banyak peristiwa yang sering kita dengar dan saksikan sendiri tentang
masalah-masalah pendidikan yang terjadi di belahan dunia. Khususnya negara kita
sendiri yaitu negara indonesia yang belum bisa kita tangani dengan menyeluruh. Terutama
dalam hal sikap manusia dalam penyalahgunaan pendidikan itu sendiri. Manusia
memiliki kelebihan diantara makhluk hidup yang lain. Salah satunya mempunyai akal
yang mampu membuat manusia menakhlukan dunia dan alam sekitarnya untuk
memudahkan kehidupanya.
Manusia menggunakan akalnya untuk berusaha
mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya. Pendidikan merupakan pilar
utama untuk membentuk manusia seutuhnya. Tetapi ada juga sebagian dari mereka
menyalahgunakan pendidikan yang mereka dapatkan untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Untuk mencapai kebutuhannya mereka tidak menggunakan moral dan etika
dalam bekerja. Sehingga rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama
manusia tidak diperhatikan lagi. Oleh karena itu,banyak terjadi penyimpangan
sosial baik yang disadari maupun tidak disadari yang terjadi di masyarakat yang mengakibatkan kerugian baik materi maupun nonmateri.
B.
Rumusan Masalah
Sesuai
judul yang diangkat,maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1)
Bagaimana penerapan sistem pendidikan yang tepat dalam
memanusiakan manusia melalui pendidikan?
2)
Apa upaya dalam
membentuk manusia yang terdidik dan memiliki nilai-nilai moral?
3)
Apa dampak dari
penyalahgunaan pendidikan yang dilakukan oleh orang yang memiliki status di
masyarakat?
4)
Bagaimana peran
pendidikan dalam mewujudkan manusia yang beradab?
C. Tujuan
Sesuai
dengan rumusan masalah diatas,maka tujuan masalahnya sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui
penerapan sistem pendidikan yang tepat dalam memanusiakan manusia melalui
pendidikan.
2)
Untuk mengetahui upaya
yang dilakukan dalam membentuk manusia yang terdidik dan memiliki nilai-nilai moral.
3)
Untuk mengetahui dampak
penyalahgunaan pendidikan yang dilakukan
oleh orang-orang yang memilki status di masyarakat.
4)
Untuk mengetahui peran
pendidikan dalam mewujudkan manusia yang beradab.
D. Manfaat Penulisan
Agar kita dapat mengetahui seberapa penting pendidikan dalam membentuk,
menciptakan atau menghasilkan manusia yang memiliki moral,budi pekerti dan
akhlak yang baik.
E.
Sistematika Penulisan
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN, Berisi :
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN, Berisi :
A. Sistem Pendidikan dalam Memanusiakan Manusia
B. Membentuk Manusia yang Terdidik
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN, Berisi :
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN, Berisi :
A. Sistem Pendidikan dalam Memanusiakan Manusia
B. Membentuk Manusia yang Terdidik
C. Dampak Penyalahgunaan Pendidikan
D. Peran Pendidikan dalam Mewujudkan Manusia yang
Beradab
BAB III PENUTUP, Berisi :
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sistem
Pendidikan dalam Memanusiakan Manusia
Sistem
pendidikan yang ada di negeri ini sepertinya sistem yang masih tambal sulam.
Padahal di negeri ini tidak kurang akan orang-orang yang katanya pintar
buktinya profesor banyak, doktor apalagi belum yang bergelar master dan sarjana
tak terhitunglah. Upaya pemerintah untuk perbaikan sistem pendidikan masih
berjalan setengah-setengah belum lagi adanya "orang-orang lama" yang
menghendaki "status quo" tetap berjalan. Dimana sebenarnya ditingkat
pengambil kebijakan sudah ada kesepakatan-kesepakatan yang terlihat sangat
berpihak pada rakyat katakanlah. Namun, ternyata ditingkatan bawah atau
ditingkatan pelaksana yang sudah tersistemkan dengan sistem lama yang sama
sekali berbeda dengan sistem yang baru masih menerapkan cara-cara lama sehingga
banyak sekali kesepakatan dan kebijakan yang begitu merakyat ditingkatan
pengambil kebijakan tidak bisa dilaksanakan ditingkatan bawah.
Memperbaiki
sistem itu memang sama dengan mengurai benang kusut yang membutuhkan kesabaran
dan waktu yang cukup lama. Tapi kita perlu menginggat bahwa sistem pendidikan
adalah sistem yang bekerja pada manusia. Sifat manusia pada dasarnya adalah
dinamis sehingga perlu sistem yang fleksibel untuk mengikuti kedinamisan
manusia. Pendidikan kita saat ini mungkin tidak akan relevan lagi bagi cucu dan
buyut kita dimasa mendatang. Seorang pendidik sejati, Rasulullah Muhammad SAW
pernah mengingatkan bahwa "Didiklah anak-anakmu sesuai dengan
zamannya".
Yang
perlu diingat bahwa siswa atau anak-anak kita bukanlah obyek pendidikan tapi
mereka juga adalah subyek pendidikan dimana dalam konsep pendidikan sejati
bahwa semua orang harus belajar dan terus belajar. Tetaplah merasa hijau (ever
green) karena kalau sudah merasa matang maka ciri-cirinya ia akan segera busuk.
Apalagi dalam salah satu ajaran agama islam bahwa menuntut itu hukumnya wajib
dari sejak dibuaian ibu sampai akan memasuki liang lahat. Sistem pendidikan
yang paling baik tentunya yang dapat mengikuti perkembangan zaman artinya
pendidikan kehidupan life skill education adalah yang paling tepat. Melihat
fenomena yang ada berbagai alternatif pendidikan muncul dari homeschooling
sampai ada sekolah alam.
Yang
terakhir ini idenya sangat brilian dan cukup menjadi alternatif yang banyak
dikejar oleh orang tua. Dengan konseptor Bpk Lendo Novo beliau melihat bahwa
sistem pendidikan yang baik adalah yang kembali kepada alam atau dalam istilah
beliau berguru kepada alam. Dengan konsep teladannya juga mengacu pada orang
yang sukses dunia dan akhirat yaitu Rasulullah SAW. Memang dalam perjalanannya
sekolah alam banyak mendapat sorotan. Bahkan untuk mendapat izin pendirian dari
Dinas Pendidikan saja sangat sulit dan memang dipersulit. Tetapi salutnya
sekolah ini tetap bisa berjalan dan eksis untuk turut serta untuk meningkatkan
dan memajukan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan
merupakan aplikasi dari filsafat antropologi atau filsafat yang menelusuri
makna manusia. Aspek kemanusiaan (baca : humanistik) dalam pendidikan perlu
mendapat perhatian intens dalam merumuskan konsepsi pendidikan yang bermoral.
Yakni, konsepsi pendidikan yang menitikberatkan pada pembentukan karakter yang
berkepribadian luhur dan mulia (character Building).
H.A.R
Tilaar dalam bukunya Manifesto Pendidikan Nasional, mengungkapkan hakikat
pendidikan adalah proses memanusiakan manusia yaitu menyadari akan manusia yang
merdeka. Manusia yang merdeka hidup membudaya. Pendidikan harus mendorong
manusia, yang dibesarkan dalam habitusnya, untuk menciptakan dan merekonstruksi
budayanya itu sendiri.
Manusia
membentuk budaya. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia diberikan daya
kreatifitas untuk berproduksi secara bijaksana, bukan secara rakus. Manusia
mengelola alam, bukan merusaknya. Dalam hidup dengan sesamanya, bersikap hormat
dan mengasihi, bukan dengan diskriminasi dan penindasan. Mengusahakan perdamaian,
bukan menyulut peperangan. Sebagai pemegang otoritas, manusia menegakkan
keadilan dan menjalankan hukum.
Pendidikan
yang berhasil adalah pendidikan yang membentuk manusia-manusia seperti ini,
manusia yang hidup sebagai manusia, bukan sekedar “mur-baut” bagi mesin
ekonomi. Suatu tugas yang berat memang, tetapi agung.
Pendidikan
bukan sekedar proses transmisi pengetahuan dari seseorang kepada yang lainnya
(transmiting the message from one people to another), -dimana pendidikan
semacam itu tidak lebih dari upaya doktrinisasi dogma-dogma yang mengarah pada
keterpaksaan kesadaraan- lebih jauh pendidikan merupakan ikhtiar transformasi
tindakan yang teraktualisasikan dalam perbuatan yang disadari dan berorientasi
nilai. Sebuah proses penyadaran humanistis yang tidak sekedar intelektual
contagion (pewarisan intelektual), melainkan pula memberikan ketenangan batini
sehingga berimplikasi dalam kehidupan sosial-nyata.
pendidikan
yang dimaksud yakni sebuah upaya perwujudan system pendidikan berkarakter yang
didasarkan pada kepekaan social, integrasi intelektual dan pemeliharaan
spiritual. Ketiga elemen penting tersebut merupakan bagian dari
nilai-nilai yang harus senantiasa ada
dalam proses transfer ilmu, proses pendidikan. Kalau memang ketiga elemen itu
dapat di bangun, niscaya pendidikan moral di lingkungan kita adalah sebuah
harapan besar yang akan terwujud dengan adanya kesadaran dari berbagai pihak.
B.
Membentuk
Manusia yang Terdidik
MANUSIA merupakan makhluk Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Karena manusia diciptakan Allah SWT memiliki kelebihan yakni akal. Dengan akal
Manusia mampu merubah alam semesta ini untuk membawa kemaslahatan manusia
lainnya, dengan akal manusia menjadi terdidik, mulia, berkarya dan sebagainya.
Manusia terdidik tentunya akan mampu membawa perubahan mendasar terhadap hidup
dan kehidupan dirinya ataupun untuk kehidupan manusia lainnya.
Oleh
sebab itulah, disebutkan bahwa pendidikan merupakan sebuah hakiki dan hak azazi
bagi setiap manusia. Bahwa pendidikan adalah persoalan khas manusia. Artinya,
dengan pendidikan manusia bisa melangsungkan kehidupannya dalam mencapai
tujuan. Untuk itu, mutlak diperlukan suatu perkembangan.
Dalam rangka menciptakan perkembangan, mutlak
harus dilakukan perubahan-perubahan. Untuk membuat perubahan, manusia harus
me-miliki daya kompetensi (keahlian), kecakapan (capability), dan keterampilan
(skill) hidup. Ketiganya berakar dari potensi kodrat yang ada di dalam diri
manusia, berupa rasa, karsa, dan cipta. ‘Rasa’ berhubungan dengan wawasan
hidup, ‘karsa’ berhubungan dengan dorongan hidup, dan ‘cipta’ berhubungan
dengan kreativitas hidup.
C.
Dampak
Penyalahgunaan Pendidikan
Banyak
posisi atau tempat yang ada dalam
masyarakat kita sekarang diurus oleh orang yang bukan ahlinya sehingga jelas
mereka tidak dapat melaksanakannya,karena latar belakang keilmuannya tidak
sesuai dengan bidangnya. Lihat saja
berita surat kabar setiap hari membeberkan bacaan yang menarik tenteng
korupsi,penyalahgunaan hak dan wewenang,gila kuasa,ingin kaya mendadak
intimidasi dan sejenisnya.ketidakadilan sudah membumi,korupsi dan penjenayah
terjadi dimana-mana dan uang rakyat dan uang negara dicuri baik di setiap
lembaga negara maupun masyarakat.
Ini terjadi dimana-mana dan yang paling banyak
dilakukan oleh pejabat negara atau orang yang terdidik yang mempunyai kapasitas
pendidikan yang lumayan. Hampir setiap hari surat kabar melansir
berita-berita miring terhadap pelaku korupsi dan penyalahgunaan
Hak dan wewenang
yang semua itu dimonopoli oleh pejabat negara. Misalnya,mulai dari
hakim,jaksa,KPK,Gubernur,Bupati,Walikota,Kepala Dinas hingga Kepala Desa
sekalipun.
Apabila
manusia memilih pemimpin yang tidak sesuai profesionalitasnya maka
kecenderungan untuk berbuat salah dan sewenang-wenang pasti akan terjadi karena
orang-orang yang diberikan amanah itu bukan melakukan sesuatu sesuai dengan
kemampuannya. Akan tetapi kebanyakan mereka telah jauh memasuki wilayah-wilayah
yang bukan haknya. Inilah masa kehancuran yang sedang kita hadapi di negara
tercinta ini.orang-orang yang level kepemimpinannya atau keilmuannya untuk
mengurus satu keluarga dipercayakan untuk mengurus negara dan bangsa sehingga
mereka menjadi korban anak buah yang lebih berpengalaman dan cerdik untuk
memperpendek masa kepemimpinannya.
Inilah
yang terjadi di negeri ini. Semua kehancuran akhlak dan kedhaifan iman yang
mereka miliki. Kebanyakan manusia sudah menuhankan nafsu sebagai pengendali diri
mereka. Akhlak Nabi SAW ditukar kepada akhlak Yahudi,sehingga semua perbuatan
dianggap halal menurut versi mereka.ini penyakit kronis yang layaknya harus
diamputasi secepat mungkin agar tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Sayangnya para koruptor besar selalu
bebas murni dan terus menghirup udara segar diluar terali besi karena di
back-up dengan uang dan bagi hasil uang haram itu dengan pihak-pihak yang
berwenang. Namun ketika yang melakukan kesalahan itu rakyat kecil mereka wajib
mendekam dalam hotel berali besi karena tidak sanggup membagi kue haram yang
tersisa.
Inilah
manusia yang menantikan kiamat kubra. Demikian rapuhnya iman jika berhadapan
dengan uang atau materi. Demikian lemahnya
iman apabila berhadapan dengan wanita cantik dan jabatan basah. Iman
diperjual belikan dengan sejumlah rupiah dan dolar,agama digadaikan demi
jabatan dan kemewahan dunia,marwah dipermainkan,harga diri luluh lantak dan
berantakan sesuai dengan keharaman yang tidak jelas ujung pangkalnya. Inilah
nuansa kehidupan manusia yang beradab di tengah-tengah umat yang sedang hancur
peradabannya.
Tetapi
ingatlah tidak banyak orang atau sahabat yang akan mampu membesuk kita ketika
berada dalam sel atau penjara. Banyak kawan ketika kita sedang berkuasa dan
memiliki uang dan harta tetapi sedikit sekali kawan yang hadir ketika kita kita susah dan merana.
D.
Peran
Pendidikan dalam Mewujudkan Manusia yang Beradab
Mewujudkan
bangsa yang beradab itu dimulai dari sesuatu yang sederhana yaitu membangun
lingkungan yang bersih dan membentuk masyarakat yang disiplin. Lingkungan dan
kedisiplinan merupakan dasar bagi pembentukan masyarakat yang beradab. Sekarang
ini kita merasakan jauhnya peradaban dari bangsa ini. Etika dan moral sudah
tidak lagi menjadi pegangan. Aturan-aturan yang ada pun tidak lagi
diindahkan,karena yang lebih sering dipertontonkan adalah kekuatan.
Lihatlah
tindakan dari kelompok-kelompok masyarakat dalam mengumbar kekerasan.
Sepertinya tidak dikenal cara yang lebih santun untuk mengekspresikan sikap
mereka. Mereka datang secara bergerombol dan merusak apa yang dianggap tidak
sejalan dengan pandangan yang mereka yakini. Ketika cara-cara seperti itu terus
dibiarkan,tanpa ada penindakan,maka tidak usah heran apabila anarkisme lalu
semakin menjadi-jadi. Anarkisme yang dipertontonkan secara telanjang menjadikan
kita seperti bangsa yang tidak beradab.
Apabila
kita ingin membenahi ketidakberesan yang terjadi,maka harus membangun kultur
yang lebih baik. Kita harus mendidik masyarakat kepada yang namanya
disiplin,sopan-santun,sikap menghargai waktu,dan penghormatan terhadap aturan.
Apabila ingin dibangun kultur yang tidak mau kalah,itu harus kita arahkan kepada hal-hal yang
positif seperti tidak mau kalah maju
daripada bangsa lain,tidak mau kalah kreatif,tidak mau kalah inovatif
dari bangsa lain.
Dalam
bukunya “Culture Matters”ahli sosiologi Samuel L.Hungtington mengatakan bahwa
kultur itu harus diajarkan dan dibentuk kepada warganya. Peran pemimpin menjadi
sangat penting untuk melahirkan kultur yang baik dari sebuah bangsa. Ada
pengalaman baik yang berhasil dilakukan bangsa lain dalam mengajarkan
kebersihan. Bangsa Tiongkok dulu dikenal sebagai bangsa yang jorok,bahkan
seenaknya meludah dimana-mana. Tetapi mengapa sekarang mereka bisa merubah dan
bisa mengerti akan arti kebersihan?
Pemerintah
kota shanghai memulai langkah dengan membentuk”pasukan penjaga kebersihan”.
Mereka adalah anak-anak sekolah dasar yang bertugas mengedukasi orang-orang tua
yang mempunyai kebiasaan meludah di tengah jalan. Setiap kali ada yang
melakukan itu,anak-anak tadi akan mendatangi dan memberitahukan bahwa meludah
sembarangan itu tidak baik dan juga buruk untuk kesehatan. Pendidikan langsung yang dilakukan secara konsisten dan
terus-menerus,membuat masyarakat shanghai
bisa berubah. Sekarang boleh dikatakan tidak ada lagi orang yang meludah
sembarangan. Bahkan shanghai kini berubah menjadi salah satu kota yang bersih.
Sebenarnya
kita bisa melihat perubahan juga luar biasa di Indonesia ini. Kalau kita lihat
Surabaya misalnya,itu merupakan salah satu kota yang terbersih di Indonesia saat ini. Hanya karena
pemerintah kotanya peduli,maka kota akan menjadi terlihat bersih,masyarakat pun
berusaha untuk menjaganya dan ikut berubah sikapnya untuk juga menjaga
kebarsiha. Jadi kalau kita ingin membangun bangsa yang beradab,sebenarya bukan
lah perkara yang terlalu sulit. Yang dibutuhkan adalah kemauan dan terutama
bimbingan yang terus-menerus dari pemimpin untuk mewujudkan bangsa ini menjadi
bangsa yang beradab.
Mewujudkan
bangsa yang beradab harus melalui tindakan yang nyata untuk munuju kearah itu
dan pasti seluruh rakyat akan mendukung,karena kita pun memimpikan hadirnya
masyarakat yang lebih beradab.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Memanusiakan manusia pada zaman sekarang
sudah sulit ditemukan. Ini karena penyalahgunaan pendidikan dan sistem
pendidikan yang kurang diperhatikan. Penyalahgunaan pendidikan oleh orang yang
memiliki status di masyarakat maupun negara dapat menimbulkan kesengsaraan bagi
kaum pribumi, yang kaya tambah kaya
dan yang miskin tambah miskin.
Untuk membentuk manusia yang dapat
memanusia lain kita harus memberikan system pendidikan berkarakter yang
didasarkan pada kepekaan social, integrasi intelektual dan pemeliharaan
spiritual. Ketiga elemen penting tersebut merupakan bagian dari
nilai-nilai yang harus senantiasa ada
dalam proses transfer ilmu, proses pendidikan.
Salah
satu ciri orang terdidik adalah menjadi manusia yang beradab dan untuk
mewujudkan itu dibutuhkan kemauan dan tindakan yang nyata dari manusia itu
sendiri untuk membentuk masyarakat yang lebih beradab.
B.
Saran
Saran penulis jadilah manusia yang bisa
memanusiakan manusia yang lain.karena dengan begitu hidup kita akan lebih bermakna dan kita akan
saling menghargai,menghormati dan terjauh dari tindakan kriminal. Jangan pernah
menggunakan pendidikan untuk dapat memuaskan kebutuhan pribadi. Tetapi gunakan pendidikan untuk saling menolong dan
berbagi antar sesama manusia untuk menciptakan sebuah negara yang adil,aman dan
makmur.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment